Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu sekaligus sebagai identitas bangsa. Kita seharusnya bangga dengan negara kita dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam acara apapun, meskipun itu mengundang tamu dari negara asing. Namun apa yang terjadi? Sebaliknya kita merasa hebat jika menggunakan bahasa asing dalam acara tertentu tanpa ada terjemahannya.
Kita memang dibolehkan bahkan bagus jika menguasai bahasa asing, tetapi bukan untuk menghilangkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Saat ini pun banyak dikalangan remaja bahkan anak-anak yang kursus bahasa asing untuk dipersiapkan menghadapi kemajuan teknologi yang notabene menggunakan bahasa asing. Sebagai contoh kecilnya mereka lebih bangga menggunakan “Welcome to Batam” dibandingkan dengan menggunakan “Selamat Datang di Batam”.
Ini hal kecil yang akan berpengaruh besar pada penggunaan Bahasa Indonesia. Jika kita terlalu menghebatkan bahasa asing ketika digunakan dalam acara berskala nasional atau internasional, maka perlahan-lahan bahasa Indonesia akan semakin surut. Di negara Rusia dan Jepang mereka lebih menghargai bahasa dengan menggunakan bahasa lokal dalam setiap kegiatan.
Kita juga kerap melihat famplet-famplet yang terpampang di jalan dengan menggunakan bahasa asing. Terkadang tidak ditampilkan padanan bahasa Indonesianya.
Sebagai bangsa Indonesia yang multikultural seharusnya kita bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, bukan sebaliknya. Selain itu, bangsa Indonesia kaya akan bahasa daerahnya. Bahasa Indonesia juga memiliki sopan santun dalam berkomunikasi baik kepada yang lebih muda, sesama ataupun yang lebih tua.
Sebagai generasi milenial seharusnya kita lebih bijak lagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun saat ini generasi muda mulai surut dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Mereka lebih akrab dengan bahas-bahasa yang menurut mereka bisa dikatakan gaul. Hal seperti ini boleh saja digunakan, namun jangan sampai kita melupakan kesantunan kita dalam memilih dan memilah bahasa saat berbicara dengan yang lebih muda apalagi kepada yang lebih tua.
Banyak bahasa yang menggunakan bahasa asing yang diplesetkan untuk digunakan dalam berkomunikasi antar teman. Contohnya kata woles, kata ini merupakan plesetan dari kata slow yang dalam bahasa Indonesia berarti santai. Mereka menganggap bahasa-bahasa seperti itu merupakan bahasa kekinian yang digunakan di kalngan remaja. Hal ini lazim digunakan oleh generasi milenial.
Jika dalam berbahasa kita sudah tidak bisa mengatur, bagaimana kita bisa sopan santun dalam beretika? Seharusnya pemerintah lebih tegas lagi dalam hal ini. Jika kita sampai menyepelekan urusan yang kecil, maka urusan yang besar bisa saja tidak teratasi. Sudah banyak berita0berita di televisi yang mengabarkan seorang remaja yang mulai berani menantang orang yang lebih tua darinya. Itu bisa jadi sebab dalam berbahasa yang terbiasa dengan menggunakan bahasa-bahasa yang kurang baik digunakan dalam berkomunikasi.
Saat ini banyak sekali kosakata yang digunakan untuk berkomunikasi berasal dari bahasa asing yang diplesetkan. Meskipun bahasa ini digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, alangkah lebih baiknya kita menggunakan bahasa komunikasi yang baik dan benar. Dan mengajarkannya kepada anak-anak generasi muda kita bahasa Indonesia yang baik dan benar agar mereka tidak selalu mengenal kata loe -gue dalam berkomunikasi sehari-hari. Jangan mengira jika kita tidak mengajarkan kepada anak sejak dini, mereka akan mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa ada pembimbing.
Memang tidak semua sesuai dengan apa yang kita lihat, namun jika dalam hal berkomunikasi kita sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka orang lain akan menganggap kita sebagai generasi milenial yang menghargai bahasa. Apalagi ketika dalam kegiatan yang bertaraf Nasional bahkan Internasional kita menggunakan bahasa Indonesia, kita sudah dianggap menghargai dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai identitas Bangsa Indonesia.